Arih nafsaka minat tadbiri

Berkata syekh Ahmad Ibnu Atho-illah ra.
◄Tenangkanlah nafsumu (keinginanmu) dari urusan tadbir (yakni bersusah-payah dan merasa risau di dalam mengatur keperluan-keperluan hidup) karena apa yang diatur tentang urusan dirimu oleh selainmu , tidak perlu engkau campur tangan (yakni janganlah engkau mendirikannya pula untuk dirimu sendiri)►

◄Tenangkanlah nafsumu (keinginanmu) he MURID... dari urusan TADBIR (yakni bersusah-payah dan merasa risau di dalam mengatur keperluan-keperluan hidup) atas urusan duniamu. Dan, adapun TADBIR adalah mengira-ngira seseorang dalam dirinya atas berbagai tingkah yang terbukti atas tingkat tersebut sesuai dengan perkara yang mendorong- syahwatnya. Dan mengatur atas tingkah terhadap perkara yang layak dengan syhwat tersebut dari berbagai tingkah serta berbagai amal, maka akan menemukan kebingungan (kesulitan) karena arah-arah TADBIR. Adapun yang diceritakan tadi adalah TA'IBUN ADHIMUN (kecapean yang sangat melelahkan) yang menyegerakan (mendorong) terhadap nafsumu, dan nyata sekali kebanyakan sangkaanya tidak akan berhasil, maka rugilah sangkaan tersebut. Adapun dalam memberi ibaratnya (mushonnif) dengan menggunakan lapad "ARIH" adalah satu petunjuk untuk seorang MURID, bahwa sesungguhnya perkara yang mesti dicari adalah meninggalkan TADBIR, sedangkan TADBIR tersebut didalamnya menyimpan kecapean yang luar biasa yang sangat melelahkan►

Kata yang sulit:
TADBIR: mengatur keperluan-keperluan untuk tegaknya hidup seseorang, Tadbir setengahnya dari MA'ISYAH (tatacara berniaga), seperti dalam sabdanya Nabi:
◄TADBIR adalah setengahnya dari MA'ISYAH►

Ulasan:
Dalam uraian ini mushonnif akan memperjelas hikmah sebelumnya, yakni tingginya cita-cita serta pesatnya pikiran dan juga pesatnya keinginan, tidak akan mampu membelah ketentuan Allah yang diserupakan dengan benteng yang kokoh, oleh karenanya bagi si MURID tidak perlu menghabiskan pikiran serta memusatkan cita-cita untuk menghasilkan urusan dunia yang melupakan kepada Alloh, serta melelahkan pikiran, lantaran sudah ditanggung-jawab oleh Allah. Oleh karenanya perkara yg telah ditanngung-jawab oleh Alloh seharusnya bagi seorang MURID tidaklah perlu ikut campur, seperti orang tua yang menyekolahkan anaknya, yang telah dicukupkan keperluan untuk sekolahnya, tidak perlu seorang anak ikut campur memikirkan dan mencari uang hingga melupakan belajar.

◄Adapun mengatur atas kehidupan si MURID dengan melalui perjalanan yang mudah (simple) akan menolongnya atas TADBIR tersebut, maka tidak berbahaya bagi si MURID, oleh karenanya maka datang TADBIR tesebut dari setengah kehidupan. Maka apapun yang diatur tentang urusan dirimu oleh selainmu untuk dirimu, tidak perlu engkau campur tangan (yakni janganlah engkau mendirikannya pula untuk dirimu sendiri). Mempertegas (mushonnif) "sesungguhnya berbagai urusan berada dalam kelengkapan (beres) dari perkara tersebut", karena sesungguhnya telah mengatur atas perkara tersebut oleh selain dirimu, yakni dialah Allah ta'ala, dan tidaklah bermanfaat dalam pengaturanmu atas perkara tersebut, maka terbukti pengaturanmu itu adalah sikap yang berlebihan►

Ulasan:
Seorang MURID yang sedang berbakti kepada Allah, serta rizkinya telah ditanggung-jawab olehNya, maka tidak perlu sungguh-sungguh dalam berpikir yang mengakibatkan kecapean dan kerepotan serta melupakan cita-cita ingin wushul kepada Alah.

Adapun untuk memperoleh kurnia Allah, hal seperti itu bahkan diperintah olehNya:
◄Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.►
(Qs 62 Al-Jumu'ah: 10)

Oleh karenanya, dalam berusaha mencari kurnia Allah, semata-mata melaksanakan aturan dan perintahNya, dan juga mencari ridlonya, sedangkan hasil dan tidaknya Si MURID mesti berusaha sabar, ikhlas dan juga tawakkal kepada Allah yg menentukan jalan kehidupan si MURID.

◄Tidak perlu keliru (salah langkah) bagi yang punya akal atas sesuatu perkara. Lagi pula dalam perkara tersebut tersirat meninggalkan UBUDIYAH, serta menentang terhadap hukum-hukum ketuhanan yang mengatur, serta menentang taqdir. Dan, sesungguhnya yang dicerahahi hikmah tadi adalah atas diri si MURID, karena sesungguhnya tatkala si MURID menghadap ke HADROTUR ROBBI (hadapan robb), dan sibuk oleh berbagai aurod perjalanan, dan berbagai amal-amalnya, maka kosong bagi si MURID berbagai ASBAB MA'ISYAH dalam keumumannya. Maka akan datang setan, dan membisikan atas si MURID, maka terjadi atas diri si MURID mengatur dirinya si MURID atas setiap perkara, maka mengaturnya tersebut pada umumnya tidak akan didapatinya►

● UBUDIYAH: maksud ubudiyah disini yaitu seluruh anggota badan yang keluar dari rahim Ibu, yg membentang bagaikan mayit, atau pribadi yang wajib dibuktikan kepada Alloh dengan jalan ketaatan lahir dan batin.

◄Nah.. yang telah diceritakan diatas tadi adalah suatu hal yang dapat menyibukannya, yakni yang dinamakan PERKARA disini adalah PERLAWANAN-nya PERKARA, MAKA bagi si MURID mesti kembali dari perkara yang menghadap perkara tersebut atas si MURID. Adapun obatnya PERKARA (maksudnya, sesuatu yang menjadi perlawanannya si MURID) adalah memperbanyak dzikir serta latihan sehingga menjauh si setan dari dirinya si MURID. Nah...kalau demikian maka bakal hasil bagi si MURID satu kesenengan dari lelahnya ngatur. Oleh karenanya maka berkata Mushonnif:►

Tidak ada komentar:

Posting Komentar