Ma tawaqqofa mathlabun

(Tiada kesulitan - apa-apa yang engkau minta apabila permintaan tersebut disandarkan kepada Robb-mu, dan tiada kemudahan - apa-apa yang engkau minta apabila permintaan tersebut disandarkan kepadamu)

Tiada kesulitan ~ yakni tidak akan terputus ditengah jalan ~ yakni sangatlah mudah apa-apa yang diminta dari berbagai permintaan yang mengenai persoalan duniawi, juga berbagai permintaan yang mengenai persoalan ukhrowi, sedangkan dirimu

La tastaghrib wuqu'al akdar

Berkata syekh Ahmad Ibnu Atho-illah ra.
◄Janganlah engkau merasa heran kerana menemukan segala kesukaran (disini menggunakan kata AKDAR, artinya sukar, keruh atau kotor) selama engkau masih tinggal di negeri ini (yakni selama engkau masih berada di alam dunia ini). Kerana sesungguhnya (alam dunia ini), tiadalah ia mendatangkankan melainkan apa yang memang layak bagi sifatnya dan yang asli dari ciri-cirinya (maksudnya, bawaan sejak lahir memang keberadaannya begitu )►
*****



La tataroqqob furoghol aghyar

Berkata syekh Ahmad Ibnu Atho-illah ra.
◄Janganlah engkau menanti-nantikan kelapangan (kekosongan) daripada al-Aghyar (yakni oleh selain Alloh, yakni tersibukan oleh urusan dunia yang melelahkan qolbu) karena sesungguhnya hal demikian itu (maksudnya menanti-nanti kelapangan) akan memutuskanmu daripada kewujudan al-Muroqobah terhadapNya pada tempat dimana Dia (Alloh) telah menetapkanmu didalam (waktu tersebut)►
*****

◄Janganlah engkau menanti-nantikan he MURID kelapangan (kekosongan) daripada al-Aghyar yang datang pada qolbumu, dan adapun yang namanya al-Aghyar yaitu kegelapan yang belakangan ini datang didalam qolbu yang menghilangkan antara si MURID, serta antara nyaksi terhadap Allah, serta hadir bersamaNya. Dan adapun yang telah disebutkan tadi (maksudnya yang menghilangkan antara si MURID, serta antara nyaksi terhadap Allah, serta hadir bersamaNya) ia memutuskanmu terhadap adanya Al-Muroqobah kepadaNya didalam perkara tersebut, sedangkan Dia (Allah) menetapkan kepadamu didalam sesuatu dari berbagai amal yang bisa menyampaikan oleh amal tersebut kepadaNya. Maka adapun sesuatu yang dipinta daripadamu adalah membiasakan (continue) terhadap amal - (adapun) engkau berada didalamnya, serta muroqobah kepada Allah didalam amal, dan janganlah (dirimu) tersibukan oleh sesuatu yang didatangkannya terhadap qolbumu daripada kegelapan atau cahaya (terang), serta andai saja berucap "Maka sesungguhnya perkara yang datang kedalam qolbu memutuskanmu daripadanya►

◄Dia (Allah) menempatkan kepadamu berada dalam sesuatu maka terbukti hal demikian itu lebih utama, dan perjalanan keadaan ini halnya memutuskan bahwa sebenarnya dirimu dihiasi oleh sesuatu yang akan datang pada qolbu lalu dirimu berucap, kalaulah terbukti dirimu dari golongan AHLUL IRODAH tentu tak akan datang berbagai AGHYAR ini kepadamu beserta banyaknya ibadahmu (pengabdianmu), maka tersibukan qolbumu oleh bisikan yang samar ini, dan terkadang menghiasi kepadamu ingin kembali pada perkara sedangkang dirimu bermaksud atas perkara tersebut, serta meninggalkan berbagai amalan soleh. Dan - Adapun beraneka-ragamnya AGHYAR ini pada umumnya sesuatu yang datang kepadamu dari berbagai keburukan dunia. Nah yg telah dipaparkan tadi adalah persoalan yang pasti daripadanya. Oleh karenanya berkata Mushonnif►

Ma min nafsin tubdihi

Berkata syekh Ahmad Ibnu Atho-illah ra.
◄Tiada dari satu nafas-pun yang engkau hembuskan melainkan baginya ada satu qodar (yakni ketentuan Alloh) yang berlaku didalam dirimu yang sudah terlebih dahulu ditetapkan (yakni sejak zaman azali)►
*****

◄Tiada dari satu nafas-pun (dengan difatahkan huruf FA'-nya), dan adapun nafas yaitu satu juz dari jumlahan Hawa yang keluar dari anggota badan yang berada dalam satu juz pada saat itu, yakni berbagai nafasmu yang dihembuskan, yakni mendhohirkan (pada nafas tersebut) oleh qudrotnya Allah ta'ala bukan oleh hembusan (bawaan nafas tersebut) kecuali hanya semata milik Allah ta'ala ketentuan yang ada didalam dirimu, yakni satu makna sesungguhnya setiap nafas ada urusan yang dipasti pada dirimu didalam nafas tersebut, baik didalam ketaatan atau didalam maksiat, atau didalam nikmat, atau didalam musibah Allah-lah yang mendatangkannya, yakni terlahirnya nafas tersebut dengan qudrotNya - di itu - nafas►

◄Maka adapun seluruh nafas yang terlahir daripadamu jadi satu wadah bagi tolak-ukur (ukuran / patokan) dari berbagai ketentuan al-Haqq yang memperjalankan didalam dirimu yang menetap selama-lamanya. Maka perlu kepada engkau untuk bersikap adab besertaNya serta muroqobah kepadaNya disetiap nafas dari sekian banyak nafasmu, maka akan terbukti (dirimu) disetiap nafas jadi (seorang) SALIK yang berjalan kepada al-Haqq Suhanahu Wa Ta'ala, dan adapun makna perkataan ulama - atas perjalanan kepada Allah ta'ala - dengan memperhitungkan (bilangan) seluruh nafasnya makhluk►

Tholaba minhu ittihamun

Berkata syekh Ahmad Ibnu Atho-illah ra.
◄Adapun permintaanmu kepadaNya adalah satu tuduhan kepadaNya, Dan adapun permintaanmu kepadaNya adalah satu kesamaran (merasa jauh) darimu kepadaNya. Dan adapun permintaanmu pada selainNya adalah oleh sebab sedikitnya rasa malumu kepadaNya. Dan adapun permintaanmu dari selainNya (maksudnya bukan Allah yang jadi tujuan) adalah oleh sebab keberadaan jauhmu kepadaNya►
*****

THOLABUKA: Adapun permintaanmu
MINHU: dariNya
ITTIHAMUN: adalah satu tuduhan (maksudnya buruk sangka)
LAHU: kepadaNya
WA THOLABUKA: Dan adapun permintaanmu
LAHU: kepadaNya
GHOIBATUN: adalah satu kesamaran (maksudnya kapankah Allah gaib?)
MINKA: darimu
ANHU: kepadaNya
WA THOLABUKA: Dan adapun permintaanmu
LIGHOIRIHI: pada selainNya
LIQILLATI HAYA-IKA: adalah oleh sebab sedikitnya rasa malumu
MINHU: kepadaNya
WA THOLABUKA: Dan adapun permintaanmu
MIN GHOIRIHI: dari selainNya (maksudnya bukan Allah yang jadi tujuan)
LIWUJUDI BU'DIKA: adalah oleh sebab keberadaan jauhmu
ANHU: kepadaNya

◄●►

◄Adapun permintaanmu kepadaNya adalah satu tuduhan kepadaNya, yakni sesungguhnya si MURID tidak boleh tidak (mesti) baginya untuk tersibukan dalam tingkah suluk-nya dengan sesuatu yang dapat mendekatkan kepada Tuannya dari berbagai amal sholeh, dan janganlah tersibukan qolbunya si MURID atas sesuatu perkara dari berbagai perkara, karena sesungguhnya meminta sesuatu adalah sipat yang dicacad yang memisahkan (antara dirinya) dengan Allah. Maka apabila engkau meminta dariNya agar supaya memberi rizki kepadamu dengan melalui QUT (bahan yang menjadi kekuatan) yang menolongmu dalam perjalananmu►

◄serta (meminta dariNya) agar supaya engkau dilapangkan dalam urusan rizki adalah buruk sangka dari dirimu kepadaNya dengan anggapan bahwa Dia sesungguhnya tidak memberi rizki kepadamu, andai saja dirimu percaya kepadaNya dalam menyapaikan kemanfaatan rizki untukmu dengan tidak memintanya, serta dirimu yakin bahwa sesungguhnya Dia Yang Maha Mengetahui akan kebutuhanmu, dan juga (Dia) Maha Kuasa untuk menyampaikan rizki kepadamu daripada sesuatu yang engkau minta dariNya - atas perkara (tersebut)►

◄Dan adapun memintamu kepadaNya dengan suatu permintaan untuk mendekatmu daripadaNya serta meminta dihilangkan penghalang yang ada dalam dirimu sehingga dapat bersaksi kepadaNya dengan melalui mata qolbumu adalah ke-SAMAR-anmu dari dalam dirimu kepadaNya, karena (orang) YANG hadir tidak akan meminta. Dan adapun permintaanmu ke selainNya dari berbagai kehidupan (yang sipatnya) keduniawian, serta perhiasan duniawi, serta kepangkatan duniawi, serta berbagai mukasyafah, serta berbagai karomah, serta berbagai ahwal, serta berbagai kedudukan adalah oleh sebab sedikitnya rasa malumu kepadaNya►

◄Karena apabila berhasil padamu - rasa malu - kepadaNya maka tidak akan melirik ke selainNya, serta engkau tidak akan meminta atas sesuatu selain Dia, dan adapun permintaanmu dari selain Dia (Allah) dengan menghadapkan dirimu kepada sebagian manusia - yakin - permintaanmu ke selainNya pada perkara dari berbagai kehidupan duniawi hal-nya dibarengi dengan ghoflah (kelalaian) dalam tingkah meminta kepada Tuanmu oleh sebab keberadaan jauhmu daripadaNya, karena jika engkau dekat denganNya - yakin - akan merasa cukup - Dia saja - daripada seluruhnya makhluk►

◄Akan tetapi adanya jauh mempengaruhi kepadamu dengan adanya rasa selain Allah sehingga menghadap dirimu ke selain Allah, serta dirimu meminta kepada selain (Allah), maka adapun permintaan, yakni untuk keseluruhannya daripada golongan MURIDIN adalah di-ilatan - sama saja (tidak ada perbedaan) antara keberadaan (hati) terpaut kepada al-Haqq atau kepada makhluk, kecuali (sesuatu) yang terbukti menempati perjalanan arah-arah ibadah serta arah-arah adab-adaban, serta turut kepada perintah, serta mendhohirkan kefakiran. Adapun golongan ARIFIN maka mereka tidak melihat ke selain Allah ta'ala maka permintaan mereka didalam hakikatnya bukanlah kepada makhluk, walaupun terbukti (permintaan tersebut) kepada makhluk (hal itu) hanya sebatas memperhitungkan dhohirnya saja►

Ma arodat himmatu salikin

Berkata syekh Ahmad Ibnu Atho-illah ra.
◄Tidaklah bermaksud (apanya) cita-cita seorang SALIK berkeinginan untuk berhenti tatkala dibukakan (tirai gaib) kepadanya, melainkan berseru kepadanya Hawatiful Haqiqoh (suara-suara gaib bagi kebenaran) "Apa yang engkau cari masih jauh (berada) dihadapanmu (yakni teruskanlah dan janganlah engkau berhenti disini). Dan tiada bermunculan berbagai al-Mukawwanat (segala makhluk di alam maya yang menampakan keindahannya) melainkan menyeru kepadamu hakikatnya al-Mukawwanat "Sesungguhnya kami hanyalah (satu) fitnah, maka janganlah engkau (menjadi terpedaya oleh kami sehingga engkau) menjadi kufur.” (Qs 2 Al-Baqarah: 102)►
*****

◄Tidak semata-mata bermaksud (apanya) cita-cita seorang SALIK, yakni melangkah menuju kepada Allah ta'ala, yakni berkeinginan untuk berhenti tatkala dibukakan (tirai gaib) kepadanya ditengah-tengah perjalanannya (yakni) dibukakan dari berbagai kema'rifatan dan berbagai rahasiah dan berbagai cahaya dengan diperlihatkan - sesungguhnya suatu perkara yang sampai atas perkara tersebut dari berbagai ma'rifat dan tingkah rasa dan berbagai pos-pos maqom. Nah sesuatu (yang telah diurankan itu) adalah puncak serta penghujungnya (dari sebuah) perjalanan, (setelah itu) lalu berhenti himmahnya si SALIK besertanya (maksudnya dengan perkara yang telah dibukakan kepada si SALIK) serta terlena olehnya serta mencintainya. Jikalau (AU dengan makna jikalau) melihat sesungguhnya suatu perkara yang berada diatasnya adalah lebih agung daripada (perkara yang telah dibukakan kepada si SALIK) akan tetapi ia merasa cukup dengan (perkara yang telah dibukakan kepada si SALIK tadi)►

◄Dan (si SALIK tersebut) melihat - sungguh didalamnya (maksudnya dengan perkara yang telah dibukakan kepada si SALIK tadi) ia merasa berkecukupan (maksudnya telah memuaskan hatinya) maka tiada ke-NAIK-an oleh himmahnya (dia), atau (sebaliknya) melihat akan sedikit harapannya daripada meraih atas sesuatu yang berada diatasnya, kecuali menyerunya Hawatiful Haqiqoh, yakni suara (lembut) yang dibisikan pada qolbunya dari arah al-Haqiqotul Ilahiyah (hakikat ketuhanan), dan pantas - sesungguhnya makna - kecuali menyeru kepadanya Lisanul Hal jenis haqiqat yang dibukakan pada si SALIK "Berjalanlah serta bersungguh-sungguhlah didalam melangkah jangan berhenti, sesungguhnya yang engkau cari-cari itu - yakni sesuatu yang engkau cari adalah sampainya dirimu kepada Tuanmu, serta tiada kecenderungan qolbumu pada sesuatu selainNya Yang ada dihadapanmu (maksudnya bahwa Tuannya berada dihadapanmu), maka janganlah berhenti beserta apa-apa yang telah dibukakan untukmu►


◄Dan tidak semata-mata muncul (memperlihatkan), yakni dhohir atas dirimu berbagai kebaikan makhluk, yakni rupa-rupa bentuk AKWAN seperti tunduknya makhluk kepadamu dan menghadapnya makhluk (dengan rasa hormat) kepadamu, dan dilapangkan dalam urusan dunia, dan dhohir berbagai Khowariqul 'Adat seperti tunduknya berbagai Hayawan, dan (bisa) berjalan diatas air, dan (bisa) sila diatas udara, dan (bisa) menerawang rahasiah-rahasiah makhluk, dan (bisa) menerawang ketentuan berbagai wujud, dan (bisa) memperbanyak yang sedikit dari makanan, dan (bisa) melipat bumi dan lain sebagainya daripada perkara yang telah diceritakan tadi - yang cenderung si nafsu akan hal itu, kecuali menyeru kepadamu haqiqatnya Dhowahirul Mukawwanat (dhohirnya berbagai akwan), yakni bathinnya dengan seruan yang (jenisnya) ma'nawi - walaupun tiada merasakan atas seruan tersebut "Sesungguhnya kami hanyalah (satu) fitnah, maka janganlah engkau (menjadi terpedaya oleh kami sehingga engkau) menjadi kufur" (Qs 2 Al-Baqarah: 102), yakni janganlah terfitnah oleh kami, dan janganlah berhenti bersama kami, dan janganlah menjadikan dirimu (nafsumu) menjadi Abid (dihambakan) kepada kami, maka dirimu terhijab oleh kami daripada menyaksi kepada Allah, karena sesungguhnya dhohirnya berbagai akwan menjadikan kekufuran pada Haq (hak) yang mempunyai nikmat, adapun mensyukuri nikmat adalah dengan menghadap kepada (dzat) Yang memberikan nikmat, sedangkan berpaling daripada (dzat) Yang memberi nikmat yakni dengan berdiam beserta nikmat (maksudnya tidak mau melangkah, karena menemukan hal-hal yang menajubkan serta merasakan nikmatnya berada disana. Oleh karenanya) terbalik dengan apa-apa yang menjadi tujuan►

La tathlub minhu

Berkata syekh Ahmad Ibnu Atho-illah ra.
◄Janganlah engkau meminta daripadaNya untuk mengeluarkanmu dari satu tingkah supaya dijadikan orang yang beramal atas dirimu dalam suatu tingkah selain tingkah (yang pertama tadi). Maka apabila (Allah) akan menghendaki-mu, pasti (Allah) menciptakan amal untukmu dengan tidak mengeluarkanmu (dari keadaan tersebut)►
*****

◄Janganlah engkau meminta daripadaNya untuk mengeluarkanmu dari satu tingkah yang ada hubungannya dengan keduiaan seperti berwiraswasta, atau yang ada hubungannya dengan agama seperti mencari ilmu supaya dijadikan orang yang beramal atas dirimu dalam suatu tingkah selain tingkah (yang pertama tadi) lantaran dirimu menyangka bahwa engkau didalamnya ada yang menghalangi akan kesemangatanmu ke hadapanNya, maka jikalau dirimu bermaksud, yakni dirimu menyukai (sesuatu) - dan terbukti dirimu (berada) dari golongan ahli Irodah tentunya (Allah) menciptakan amal bagimu untuk beramal (yakni) amalan yang dicintai menurut pandanganNya dengan keharmonisanmu (maksudnya sepadan) dengan berbagai pekerjaan (amalan) yang sholeh, serta tersibukan qolbumu olehNya dengan tidak meminta dikeluarkan, yakni serta teguh pendirianmu atas tingkahmu itu yang mana engkau berada dalam tingkah tersebut►

◄Maka tatkala terbukti si MURID berada didalam satu tingkah yang tidak sesuai dengan tujuan si MURID serta terbukti berada didalam tingkah mubah menurut pandangan hukum syara' maka tidak perlu bagi si MURID punya tujuan untuk keluar daripada tingkah oleh dirinya sendiri serta menentang pada hukum waktu seperti dalam hikmah yang telah lalu dalam bait "Min jahlin syai-an.... hingga sampai akhir. Dan begitu juga tidak perlu bagi si MURID menentang pada hukum waktu, serta meminta daripada Tuannya untuk mengeluarkannya dari tingkah tersebut serta (meminta) untuk dibisakan beramal didalam sesuatu selain tingkah tersebut. Karena sesungguhnya meminta adalah sebagian daripada tindakan mencari celah (minta pilihan) kepada Allah serta tiada kebaikan (maksudnya tidak pantas) bagi si MURID dalam meminta pilihan, bahkan mesti (satu keharusan) meminta kebaikan adab-adaban beserta Dia serta mengikuti kehendakNya pada apa-apa yg menjadi pilihanNya►

◄Maka tatkala memberi pengertian mengenai "pilihan" Dialah Tuannya si MURID maka melasanakan si MURID pada pilihan tersebut dengan mengerjakan amalan yang dicintai disisi Allah bareng beserta tetapnya si MURID atas sesuatu perkara, adapun perkara tersebut yakni Dia memilih untuk si MURID maka terbukti mengerjakannya dengan kehendakNya untuk si MURID - bukan dengan kehendaknya untuk dirinya sendiri. Adapun perkara pilihan Allah adalah lebih baik untuknya daripada perkara yang menjadi pilihannya, walaupun (si MURID) berucap "yakin berhasil untukmu apa-apa yang dicari dengan tidak meminta keluar", maka terbukti (hal demikian itu) adalah lebih utama. Adapun, jikalau terbukti si MURID berada dalam satu tingkah yang tidak sesuai dengan hukum syara', maka wajib bagi si MURID menyegerakan untuk berpindah, serta meminta kepada Tuan si MURID untuk memindahkannya pada sesuatu yang diridloiNya►

Ihalatukal a'mal

Berkata syekh Ahmad Ibnu Atho-illah ra.
◄Adapun menunda-nunda berbagai amal (kebaikan) atas wujudnya kekosongan (maksudnya menantikan kesempatan yang lebih baik) adalah tanda-tanda daripada berkaratnya nafsu►
*****

◄Adapun menunda-nunda berbagai amal (kebaikan) atas wujudnya kekosongan (maksudnya menantikan kesempatan yang lebih baik) adalah tanda-tanda daripada berkaratnya nafsu, maka tatkala terbukti si MURID hal-nya tersibukan oleh satu tingkah daripada tingkah dunyawi, serta menolaknya daripada berbagai amal yang dapat menyampaikan oleh amal tersebut ke hadapan Tuan-nya, serta menunda-nundanya amal menunggu kekosongan dari berbagai kesibukan, lalu ia ber-ucap (maksudnya si MURID tersebut) "Dimana menemukan kekosongan maka saya akan beramal" (ucapan tersebut adalah) satu tanda atas berkaratnya nafsu►

◄Dan Adapun yang namanya KARAT (ar-Ru-unah) yaitu satu WARNA daripada kedunguan, sedangkan berkaratnya nafsu yaitu menanti-nanti amal atas wujudnya kekosongan, dan (sungguh) sama-sekali ia tidak akan mendapatinya, bahkan menyambarnya maut sebelum beramal, atau malah semakin bertambah kesibukannya. Karena sesungguhnya berbagai KESIBUKAN yang bersipatnya dunyawi ia akan mengajak (membuka celah) dari sebagian ke-sebagian lagi. Dan jikalau menyempatkan - SUNGGUH - akan menemukan kekosongan dari (beraneka ragamnya) kesibukan, maka (sungguh) menggantikan (membalikan / menukar) azam-nya si MURID (maksudnya dari kesibukan lalu mengaharapkan kekosongan) adalah oleh karena lemahnya NIAT, maka wajib atuh atas diri si MURID bersikap cekatan (semangat / gesit) terhadap apa-apa yang dapat menyampaikannya ke-Tuannya si MURID sebelum habis masa waktunya. Oleh sebab itu ada satu perkataan (puisi) "Sang waktu bagaikan pedang, jika engkau tidak memotongnya ia akan memotongmu"►

Ma taroka minal jahli

Berkata syekh Ahmad Ibnu Atho-illah ra.
◄Tidaklah meninggalkan sesuatu-pun daripada kebodohan bagi siapa-pun yang berkehendak mengada-ngadakan (sesuatu) didalam masa (waktu) pada selain perkara yang telah mendhohirkan Allah atas perkara (tersebut) - dimasa itu► maksudnya apabila Allah telah menempatkan satu tingkah didalam satu masa, janganlah memilih untuk mendirikan yang baru, yakni bikin lagi - bikin lagi. Kalaulah demikian adanya hal itu sumber daripada kebodohan.
*****

◄Tidaklah meninggalkan sesuatu-pun daripada kebodohan bagi siapa-pun yang berkehendak mengada-ngadakan (sesuatu) didalam masa (waktu) pada selain perkara yang telah mendhohirkan Allah atas perkara (tersebut) - dimasa itu, maka tatkala terbukti bagi si MURID berada dalam satu tingkah (sikap) badan, atau tingkah qolbu yang tiada dicacad oleh hukum syara', maka satu keharusan (bagi si MURID) baik (dalam) beradab didalam memilih lurusnya pendirian atas diri si MURID, serta ridlo dengan tingkah tersebut sehingga Allah memindahkannya pada si MURID atas tingkah tersebut. maka apabila dalam keadaan ber-TAJRID atau melekat qolbunya pada KASAB, atau berada dalam keadaan berwiraswasta lalu menginginkan untuk berpindah dari wiraswasta pada yang lainnya (kalaulah demikian) terbukti sedikit (rasa) adab beserta tuannya (halnya suatu) kebodohan dengan sesuatu yang sejalan dihadapanNya►
Kesimpulannya: Tidak semata-mata meninggalkan sesuatu perkara - apapun namanya - ia adalah sebagian daripada satu kebodohan pada siapapun orangnya yang berkeinginan mengada-ngadakan suatu amalan dalam suatu masa, lalu dipergunakan disaat yang bukan semestinya yang mana Allah telah mendhohirkannya dimasa tersebut. Maka apabila hal demikian terbukti atas diri si MURID berada dalam sikap badan atau sikap qolbu yang tidak dicela oleh hukum syara', maka satu keharusan bagi si MURID bersikap baik didalam memilih lurusnya pendirian untuk dirinya, serta ridlo dengan suatu keadaan tersebut sehingga Allah memindahkannya dari hal tersebut untuk kepentingan dirinya. maka apabila keadaan si MURID sedang ber-TAJRID atau melekat qolbunya pada KASAB, atau keberadaannya sedang berada dalam berwiraswasta, lalu menginginkan untuk berpindah dari wiraswasta menginginkan posisi yang lain, hal demikian menunjukan sedikitnya rasa adab-adaban kepada tuannya oleh sipat kebodohan, dengan sesuatu yang sejalan dihadapanNya.

◄Dan begitu juga jikalau terbukti berada dalam sikap sempit hati lalu berkeinginan dari hati yang sempit menjadi hati yang lapang. Telah berkata sebagian para ulama "Menimpaku selama 40 tahun, Allah tidak menempatkanku didalam satu tingkah (maksudnya selama 40 tahun saya belum pernah merasa lapang hati), maka saya membencinya (maksudnya membenci tingkah tersebut). Dan tidak memindahkanku ke selainnya, maka saya membencinya, padahal hal seperti ini adalah hasil daripada berbagai buahnya kenal dengan Allah serta paham atas aturan-aturan Allah. Maka jikalau membenci pada tingkah tersebut lalu mengharapkan untuk pindah dari tingkah tersebut oleh keinginannya sendiri, serta bekehendak mengada-ngada suatu perkara yang mana Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mendhohirkannya, maka sungguh telah sampai pada puncaknya kebodohan beserta Robb-nya serta puncaknya seburuk-buruknya adab-adaban dihadapanNya. Dan adapun kelakuan - ini - sebagian daripada menentang hukum waktu yang telah memperjalankan para ahli Sufi atas waktu tersebut, sedangkan (orang) yang menentang hukum waktu - menurut mereka para ahli Sufi adalah sebesar-besarnya dosa yang (sudah) pasti►

Kaifa yutashowwaru

Berkata syekh Ahmad Ibnu Atho-illah ra.
Kaifa yutashowwaru an yuhjibahu syai-un wa huwal ladzi dhoharo bikulli syai-un? = Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah yang telah dhohir dengan setiap sesuatu?►

Kaifa yutashowwaru an yuhjibahu syai-un wa huwal ladzi dhoharo fi kulli syai-in?Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah yang telah dhohir di dalam setiap sesuatu?►

Kaifa yutashowwaru an yuhjibahu syai-un wa huwal ladzi dhoharo likulli syai-in?Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah yang telah dhohir bagi setiap sesuatu?►

Kaifa yutashowwaru an yuhjibahu syai-un wa huwadh dhohiru qobla wujudi kulli syai-in?Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah yang maha dhohir sebelum wujud setiap sesuatu?►

Kaifa yutashowwaru an yuhjibahu syai-un wa huwa adhharu minkulli syai-in?Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah yang terlebih dhohir daripada setiap sesuatu?►

Kaifa yutashowwaru an yuhjibahu syai-un wa huwal wahidul ladzi laisa ma'ahu syai-un?Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah yang SATU (yakni Yang Maha Esa) yang tiada sesuatu bersertaNya?►

Kaifa yutashowwaru an yuhjibahu syai-un wa huwa aqrobu ilaihi min kulli syai-in?Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah Yang Lebih Dekat kepadamu daripada setiap sesuatu?►

Kaifa yutashowwaru an yuhjibahu syai-un wa lau lahu ma kana wujudu kulli syai-in?Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan jika bukanlah keranaNya, tiadalah akan wujud setiap sesuatu?►

Ya 'ajaba kaifa yadhharul wujudu fil 'adami? am kaifa yatsbutul  haditsu ma'a man lahu washful 'adami? = Alangkah menakjubkan bagaimana kewujudan boleh terdhohir didalam ketidakwujudan (‘adam), atau bagaimanakah boleh menjadi masih tetap al-Huduts (benda yang baru yakni makhluk) bersama Dia yang memiliki sifat al-Qidam (yakni tiada permulaan bagiNya)►
*****

◄Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah yang telah mendhohirkan atas setiap sesuatu? oleh sebab - perkara - telah bersinar pada perkara tersebut dari cahaya wujud. Dan sungguh terbukti (semua perkara tersebut) berada didalam kegelapan yang tiada (maksudnya gelap dalam ke-tiada-annya), seperti yang telah diuraikan diatas (hurup - FA - disini sebagai jawabannya, dan inilah jawabannya) maka oleh sebab dhohirnya Allah didalam semua perkara maka dhohir-lah (semua perkara tersebut)►

◄Dan tatkala terbukti dhohirnya berbagai perkara - halnya menunggu kepada Dia (Allah), maka mustahil (semua perkara) menghalangi Dia sehingga keberadaaNya menjadi samar tiada dhohir. Maka sesungguhnya yang DHOHIR dapat dipastikan memberi faedah atas dhohirnya yang mendhohirkan - bukan samarnya yang mendhohirkan►

◄Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah yang telah dhohir dengan setiap sesuatu? sehingga mengambil dalil kepada Dia mereka orang-orang yang mencari dalil oleh berbagai perkara, seperti telah berfirman Dia Yang Maha Tinggi "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Dia (Allah) adalah benar" (Qs 41 Fush-Shilat: 53). Dan isinya ayat tersebut - karena sesungguhnya ATSAR (kesan) menunjukan terhadap MU-ATSTSIR (yang memberi kesan), serta dapat diketahui (MU-ATSTSIR tersebut) oleh ATSAR, maka maqom ini adalah maqom bagi orang-orang yang mengambil petunjuk, yakni bagi mereka orang-orang yang lemah►

◄Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah yang telah dhohir di dalam setiap sesuatu? dengan Dzat-Nya, seperti (sesuatunya) berkata para ahlul musyahadah atau dengan keindahan rupa-rupa sifatNya serta keindahan asma'-asma'Nya, seperti (sesuatunya) berkata ahlul hijab - Maka adapun rupa-rupa perkara untuk keseluruhannya jadi tempat ke-JELAS-an serta jadi tempat yang dhohir bagi dhohirnya rupa-rupa makna asma'-asma'Nya - yang - oleh asma'-asma'Nya terperinci rupa-rupa makna sifat-sifatNya, maka (apabila) dhohir di ahli mulya keberadaaNya Yang Memulyakan, dan di ahli hina keberadaanNya Yang Menghinakan, dan didalam hidup makna asma'Nya al-Muhyi (Yang Menghidupkan)►

◄Dan ketika mencabut ruh makna asma'Nya al-Mumit (Yang Mematikan), dan ketika memberi makna asma'Nya al-Mu'thi (Yang Memberi), dan ketika mencegah makna asma'Nya al-Mani'u (Yang Mencegah), dan ketika melapangkan anugrah makna asma'Nya al-Karim (Yang Memberi), dan ketika menerima do'a makna asma'Nya al-Mujib (Yang memperkenankan), dan ketika membebankan kesukaran serta mengambil manfaat makna asma'Nya adh-Dhorru - an-Nafi'u dan lain sebagainya►

◄Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah yang telah dhohir bagi setiap sesuatu? yakni jelas bagi setiap sesuatu sehingga mereka (maksudnya setiap sesuatu) mengenalNya, oleh karena (setiap sesuatu mengenalNya) maka terbukti mereka itu halnya saling bersujud kepadaNya, dan saling mensucikanNya dengan memuji kepadaNya, akan tetapi kita semua tidak mengerti bagaimana sujud serta tasbihnya mereka. Maka setiap sesuatu mengenal kepadaNya sesuai dengan kadar tajalli-nya Dia (Allah) kepada mereka, dan meskipun keberadaan (Allah) berada di setiap sesuatu maka sesiapapun orangnya Allah tiada memberi kemampuan atas haqq ukurannya - oleh sebab kurang kemakrifatannya serta rendah kemakrifatannya - bukan karena TIADA benih kemakrifatan►

◄Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah yang maha dhohir sebelum wujud setiap sesuatu? dengan menyatakan nama - ini - kepadaNya dizaman Azali dan selama-lamanya. Maka adapun ke-dhohir-an Dia Yang Maha Tinggi bagiNya adalah termasuk kategori DZAT - bukan yang dikasab, dan tiada faedah serta tiada alasan. Dan adapun dhohirnya AKWAN adalah timbul dari tajalli-Nya terhadap AKWAN oleh SIFAT adh-Dhohir. Bagaimana boleh terbukti (AKWAN tersebut) jadi penghalang kepadaNya►

◄Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah yang terlebih dhohir daripada setiap sesuatu? karena sesungguhnya al-Wujud lebih dhohir daripada al-'Adam (tiada) menempati setiap tingkah. Dan nyata sekali sesungguhnya dhohir termasuk kategori DZAT adalah lebih kuat daripada dhohir yang baru. Dan adapun dhohir MUTHLAQ (murni) adalah lebih kuat daripada dhohir MUQOYYAD (yang dikaitkan). Dan adapun (dzat) yang abadi adalah lebih kuat daripada (dzat) yang ruksak►

◄Dan dipastikan tiada dapat menemukan oleh aqal yang disertai amat sangat dhohirnya Dia (maksunya bahwa aqal tidak akan mampuh apabila dipertemukan dengan kedhohiran Allah), karena yang namanya (syiddatudh dhuhur = sangat nyata) tiada berkemampuhan atasnya setiap yang lemah, seperti (burung) kelelawar dapat melihat diwaktu malam - kurang - diwaktu siang, bukan karena samarnya siang dan bukan karena datangnya cahaya (suasana) siang, bahkan sangat dhohirnya siang. Maka sesungguhnya mata kelelawar-lah yang lemah, maka mengalahkannya cahaya matahari►

◄Tatkala matahari memancarkan sinarnya maka terbukti sangat dhohirnya siang besamaan lemahnya penglihatan kelelawar halnya jadi sebab terhalang penglihatannya, maka tidak melihat satu perkarapun kecuali tatkala bercampurnya gelap pada terang serta lemah dhohirnya - dan begitu juga aqal yang lemah. Dan Keagungan Hadhroh Ilahiyah berada didalam penghujung cahayanya, yakni sinar cahaya menjadikan sangat dhohir Keagungan Hadhroh Ilahiyah, ia jadi sebab atas samarnya aqal►

◄Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah yang SATU (yakni Yang Maha Esa) yang tiada sesuatu bersertaNya? karena setiap sesuatu selain Dia - TIDAK ADA - yakni tiada wujud selain Dia - menempati posisi yang sebenarnya, Maka tidak ada - disana - satu perkarapun yang menghalangiNya, karena wujud yang haqiqi untuk keseluruhannya hanyalah kepada Dia, dan tiada sesuatu dari sesuatu selain daripada Dia►

◄Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan Dialah Yang Lebih Dekat kepadamu daripada setiap sesuatu? karena selalu meliputiNya kepadamu serta berdiriNya terhadapmu. Telah berfirman Yang Maha Tinggi "Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya" (Qs 50 Qaaf: 16)" maka Dialah lebih dekat kepada kita dengan dzat-Nya menurut Ahlul Musyahadah, Adapun Ahlul Hijab (yang terhalangi) mereka berucap Dia (Allah) lebih dekat dengan ilmuNya serta kekuasaanNya dan lain sebagainya►

◄Bagaimanakah boleh dibayangkan bahwa ada sesuatu yang menghijabkanNya sedangkan jika bukanlah keranaNya, tiadalah akan wujud setiap sesuatu? sehingga mengambil dalil olehNya mereka orang-orang yang Musyahadah terhadap berbagai perkara. Telah berfirman Yang Maha Tinggi "Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?" (Qs 41 Fush-Shilat: 53)" dan kalaulah dibuang lafad KULLU sungguh terbukti lebih dhohir didalam faedah keumuman - Yang dimaksud oleh ungkapan ini adalah menyeluruh dalam menghilangkan penghalang. Maka tiada madarat keberadaan bagian ini dengan makna bagian yang awal. Dan dari sebagian para ulama menetapkan perubahan diantara dua pendapat, oleh karena sesuatu yang ada didalamnya (sesuatu) yang diperintahkan►

◄Alangkah menakjubkan bagaimana kewujudan boleh terdhohir didalam ketidakwujudan (al-'Adam), karena ketidak wujudan adalah gelap, adapun kewujudan adalah terang, sedangkan gelap dan terang kedua-duanya berlawanan tidak akan berkumpul antara gelap dengan terang. Atau bagaimanakah boleh menjadi masih tetap al-Huduts (maksudnya benda yang baru yakni makhluk) bersama Dia yang memiliki sifat al-Qidam (maksudnya tiada permulaan bagiNya) karena sesungguhnya al-Huduts (makhluk) adalah bathil (batal) sedangkan Allah ta'ala adalah haqq (nyata), dan adapun yang bathil tidak akan menetap bersama dhohirnya al-Haqq►

◄Telah berfirman Yang Maha Tinggi "Dan katakanlah: "Yang haqq telah datang dan yang bathil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap" (Qs 17 Al-Israa': 81) maka dhohir dan tetap Dialah al-Haqqu (Allah) ta'ala bukanlah makhluk (yang dhohir dan yang tetap itu), Dan adapun yang tetap tiada permulaannya kecuali dzat al-Haqq, Maka Dialah (dzat) yang mendhohirkan serta (dzat) yang dhohir, dan adapun (dzat) yang mewujudkan bukanlah setiap (dzat) yang didhohirkan. Dan adapun yang menjadi ketakjuban (atau yang menakjubkan) yang telah diungkapkan tadi adalah timbul daripada menguasainya (mendominasi) penyaksian (kepada Allah). Maka sesungguhnya tatkala kuat (penyaksian) atas diri si ABDI maka ruksak ke-makhluk-an didalam tatapannya, dan musnah daripada diri si ABDI (dhomir ini ruju'nya kembali ke nadhrihi) dengan sekaligus►